Senin, 06 Januari 2014

Resensi Film Ju On




Film horor yang satu ini memang unik. Karena jalan ceritanya yang tidak biasa, kita harus benar-benar memperhatikan dengan mengikuti alurnya. Kalau tidak, hampir dipastikan penonton tidak akan memahami apa yang sebenarnya sedang diceritakan dalam film ini. Awalnya, aku juga seperti itu. Aku hanya sibuk memperhatikan karakter hantunya yang menyeramkan, khas hantu dalam film Jepang. Tapi ketika filmnya berakhir, aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

Film ini berbentuk potongan-potongan dengan alur yang tidak pasti. Kadang menggunakan alur maju, kadang menggunakan alur mundur. Jadi, daripada bingung lebih baik aku tuliskan kembali dengan alur maju ya. Lebih gampang dimengerti. Tapi kalau ada yang menonton film ini langsung, pasti akan melihat alurnya jadi berbeda. Tidak apa-apa. Aku hanya menyesuaikan saja agar lebih bisa dibayangkan.

Kisah bagian pertama menunjukkan kalau ada seorang pria dengan kostum Santa Klaus yang memarkirkan motornya di depan sebuah rumah yang sangat besar. Dia akan mengantarkan sebuah kue Natal karena bertepatan bulan itu adalah bulan Desember. Dia sudah menekan bel beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Kemudian dia memutuskan masuk dan memanggil penghuni rumah dari dalam. Dia mendengar suara seorang perempuan menjawab dari dalam dan menyuruhnya menunggu. Namun anehnya, perempuan itu tetap menjawab dengan kalimat yang sama, biarpun dia tidak memanggilnya, tapi perempuan itu tak kunjung mendatanginya. Dia kemudian memutuskan untuk mendatangi saja perempuan itu karena dia sedang terburu-buru dan harus segera mengantarkan kue lagi.

Tapi dia sangat heran karena ternyata tidak ada siapapun di dapur. Lalu terdengar suara air dari arah kamar mandi yang ternyata berasal dari washtafel. Tapi tetap tidak ada siapa-siapa disana. Lalu terdengar lagi suara dari arah bath tub yang tertutup tirai. Ketika disibak, kembali tidak ada siapa-siapa. Hanya saja bentuk bath tub itu terlihat aneh dan ada bekas hangus dan menghitam di ujungnya.

Dia mulai dihinggapi rasa takut. Bersamaan dengan itu, dia melihat bayangan seorang anak kecil yang berlari di lorong rumah. Dia bergegas memanggilnya, tapi anak itu tidak menjawab dan langsung masuk ke kamarnya di lantai dua. Pria itu menyusulnya masuk dan dia hampir pingsan melihat sesosok mayat tanpa kepala yang berlumuran darah tergeletak di tempat tidur. Dia langsung melarikan diri dan terjatuh di ujung tangga yang berhadapan dengan dapur. Ketika itulah dia melihat mayat seorang perempuan yang tertusuk pisau dan tertelungkup di depan pintu kulkas. Saking ketakutannya dia tidak bisa menjerit dan badannya kaku ketika berdiri. Ketika sedang tergagap-gagap itu tiba-tiba muncullah hantu seorang nenek yang sangat menyeramkan dengan rambut awut-awutan dan bibir berlumuran darah. 

Kemudian pria itu langsung melapor ke polisi dan mengobati luka-lukanya. Terlihat pacarnya datang menjemputnya dengan khawatir. Mereka lalu pulang ke rumah. Si gadis ternyata sudah menyiapkan sebuah kue tart dengan tulisan Merry Christmas di atasnya, lengkap dengan sebuah kado kotak musik untuk pria itu. Tapi ketika pacarnya sedang memotong kue tart untuk diberikan kepadanya, dia teringat pada kondisi mayat yang dilihatnya di rumah angker itu lalu mual dan muntah. Pacarnya lalu membujuk dan menghiburnya dan mereka berpelukan.

Tiba-tiba saja, pacarnya berubah menjadi wujud si hantu nenek yang berambut awut-awutan itu. Pria itu menjerit dan mendorong pacarnya menjauh. Pacarnya tiba-tiba menghilang. Dari dalam lemari dia melihat sebuah bola basket terguling. Tapi belum sempat bola itu keluar dari lemari, sebuah tangan dengan jari-jari hancur dan berwarna putih terlihat meraih bola itu. Lalu kemudian sosok si nenek hantu itupun keluar dan mendekatinya. Karena ketakutan pria itu mengambil pisau dan menikamkannya ke leher si hantu itu. Dia menikamnya berkali-kali. Dia tidak menyadari kalau yang sedang dibunuhnya itu adalah pacarnya sendiri. Dia sedang berhalusinansi dan diganggu roh. Inilah akhir dari bagian kisah pertama.

Kisah yang kedua menceritakan seorang gadis remaja bernama Akane. Ia sering merasa diganggu hantu dan selalu hidup dalam ketakutan. Tapi teman-teman akrabnya menganggap kejadian itu sebagai sesuatu yang luar biasa. Mereka kemudian memaksanya agar mau bermain papan ouija, sejenis permainan jailangkung, bersama mereka. Mereka yakin, permainan itu akan berhasil kalau Akane ikut bermain. Dengan terpaksa ia pun menuruti kemauan teman-temannya itu. Dan koin di papan ouija itu memang berhasil bergerak. Tapi Akane melihat kehadiran arwah seorang gadis kecil bermantel putih dan bertopi kuning diantara mereka. Akane menjerit ketakutan dan langsung melarikan diri meninggalkan teman-temannya yang keheranan. Sepertinya Akane memang mengenal sosok hantu gadis kecil itu.

Ketika pulang dari sekolah, dia melewati rumah besar yang angker itu. Dia kembali teringat pada teman masa kecilnya. Temannya itu baru pindah tapi tidak bersekolah di sekolah umum. Dia hanya belajar secara privat di rumah. Maka Akane pun datang mengunjunginya. Temannya itu bercerita kalau dia sebenarnya sangat tidak betah selalu berada di dalam rumah dan bergaul dengan anggota keluarganya saja.

Temannya itu bercerita kalau abangnya sering bertingkah aneh dan menyakitinya. Kemudian muncullah sosok nenek temannya itu. Neneknya itu senang memakai wig dan berdandan ala gadis remaja. Tapi neneknya itu sudah pikun dan setengah gila. Kesukaannya adalah bermain bola basket. Temannya itu lalu menyuruh neneknya pergi meninggalkan mereka. Sebenarnya dia meminta bantuan Akane untuk menolongnya keluar dari rumah itu. Dia tahu ada keanehan yang mengerikan yang sedang menimpa keluarga mereka, hanya saja ia tidak tahu apa. Dia memohon agar Akane mau membantunya keluar dari sana.

Tiba-tiba abangnya muncul di belakang mereka. Lalu menarik tangan Akane dan melemparkannya ke luar rumah. Temannya itu menjerit-jerit memanggil-manggil Akane dan meminta tolong. Tapi Akane yang masih kecil begitu ketakutan karena diperlakukan seperti itu. Dia memilih pergi dari sana dan tidak pernah datang lagi. 

Kemudian dia mengetahui kabar, kalau seluruh anggota keluarga temannya yang menempati rumah itu tewas karena dibunuh abangnya. Kemudian abangnya itu menggantung diri di sebuah pohon. Ini adalah akhir kisah Akane.

Siapakah sebenarnya keluarga yang tinggal di rumah angker itu? Ini adalah bagian film yang menceritakan tentang itu. Ditunjukkan kalau sebuah keluarga besar sedang memasuki rumah baru yang luas itu dengan riang gembira. Anak perempuan yang paling kecil sangat menyukai rumah besar itu. Abangnya, satu-satunya anak laki-laki, termasuk orang yang pendiam. Dialah yang pertama melihat kehadiran hantu di rumah itu. Ketika dia mengikuti kemana bayangan itu pergi, dia menemukan sebuah kamar dengan cermin besar yang ditutup sehelai kain. Ia lalu menyibakkan kain itu dan terkejut melihat sepasang tangan meluncur keluar dari dalam cermin.

Keanehan mulai muncul sejak saat itu. Karena sikap si abang mulai berubah pendiam dan jahat. Ketika dia meninggalkan cermin itu, ternyata bayangannya masih tetap ada di dalam cermin dengan wajah bingung dan mematung, sementara tubuhnya sudah tidak berada di ruangan itu lagi. Dia kemudian menemukan sebuah kaset dan tape rekorder. Lalu mulai mengurung diri di kamarnya dan sibuk mendengarkan rekaman dalam kaset itu. 

Suatu malam dia berdiri dengan tatapan kosong dan melemparkan tape beserta kaset di dalamnya itu ke lantai. Lalu dengan wajah aneh, dia menuju ke kamar ayahnya yang sedang tertidur kemudian memukulnya hingga tewas dengan tongkat bisbol. Ayahnya pun tewas tanpa sempat berbicara. Kemudian dia menyusul ke kamar neneknya yang pikun dan setengah gila. Si nenek sedang mengenakan wig baru yang awut-awutan dan memakai lipstik merah menyala di depan cermin, ketika cucunya datang dan menjerat lehernya dengan tali hingga tewas.

Tinggal tiga orang lagi. Dua orang kakak perempuannya dan satu adik perempuan. Salah satu sedang menonton televisi dan yang satunya lagi sedang merokok di dapur. Si gadis yang di depan televisi berteriak memanggil kakaknya untuk memberitahukan kalau acara yang ditunggunya sudah mulai. Si kakak menjawab dari dapur, 
”Iya, sebentar. Aku segera kesana.”
Ternyata, kalimat inilah yang didengarkan oleh si pria pengantar kue ketika datang ke rumah itu. 

Si abang kemudian muncul di dapur. Kakaknya mengira ia datang untuk mencari makanan. Maka kemudian membuka kulkas untuk mencari sesuatu untuk adiknya. Ketika itulah si abang menikamnya dari belakang dengan pisau dapur. Kemudian mendatangi kakaknya yang sedang menonton televisi. Ia memukul kepalanya ke meja lalu menarik rambutnya dan memasukkannya ke dalam bath tub. Disana ia menyiram kakaknya dengan bensin dan membakarnya hidup-hidup.

Si bungsu ternyata sudah menyadari kalau ada kejadian yang tidak wajar sedang berlaku. Dia mengunci pintu kamarnya dan bersembunyi di sudut kamar. Tapi abangnya berhasil mendobrak masuk dan memaksanya naik ke tempat tidur. Disana abangnya kemudian memenggal kepalanya dengan sebuah pedang hingga tewas. Kemudian memasukkan kepala adiknya itu ke dalam sebuah tas dan membawanya.

Setelah membunuh semua anggota keluarganya, ia lalu membawa tas berisi kepala adiknya itu pergi dari rumah dan menaiki sebuah taksi. Kemudian ia bunuh diri dengan menggantung dirinya di sebuah pohon sambil memandang wajah adiknya dari kepala yang terpenggal di dalam tasnya.

Sejak saat itulah Akane mulai merasa dibayang-bayangi hantu temannya itu. Ketika suatu malah dia pulang dan sembahyang, dia mendengar suara-suara aneh di dapur. Ketika dia menyelidikinya, dia melihat sosok hantu kawan masa kecilnya yang tewas dibunuh abangnya itu disana. Akane tahu kalau temannya itu kesal kepadanya karena Akane tidak berusaha membantunya ketika dia meminta tolong. 

Akane yang ketakutan lalu meminta maaf berkali-kali.
”Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku.” katanya terus menerus.
Hantu temannya itu kemudian menghilang dan meninggalkan boneka beruang kecil kesayangannya kepada Akane sebagai kenang-kenangan.

0 komentar:

Posting Komentar