Minggu, 29 Juni 2014

Kosakata Gaul dari Waktu ke Waktu

[Image: hayy+bin+yaqdzon+CONVERT.jpg]

SALAH satu hal yang membuat remaja memiliki bahasa sendiri adalah karena mereka membuat identifikasi komunal agar berbeda dengan kalangan yang lebih tua. Remaja juga mengikuti tren agar diterima di kelompoknya. Dan karena kehidupan sosial bergerak dinamis, gaya hidup remaja termasuk pemakaian bahasa mereka pun selalu berganti.

Inilah kosakata-kosakata yang sempat atau masih populer yang digunakan di kalangan anak muda/remaja/atau yang berjiwa muda. Berikut saya jabarkan.

Era 80 – 90-an
Era Prokem


Asal: Kosakata gaul ini diambil dari bahasa preman, yang saat itu diciptakan sebagai ‘alat kecoh’ terhadap aparat kepolisian. Jadi, mereka membuat bahasa sendiri yang hanya mereka mengerti. Pernah familiar dengan kata ‘okem’? Itu adalah kata lain dari prema/prokemn. Dan kemudian, bahasa okem ini pun digunakan para remaja tahun 80-an. Berikut saya jabarkan kata-kata yang muncul pada saat itu. Dan beberapanya masih populer digunakan saat ini.

Pengaruh: Film-film anak muda ’seri’ seperti Catatan si Boy, Warkop DKI, atau novel Lupus dan Olga Sepatu Roda. Komik-komik Tatang S ‘Si Petruk’ juga berpengaruh pada merebaknya kosakata-kosakata nonbaku ini.

Kosakata:

Bokin = bini, pacar

Bokep = blue film

Doku = duit

Mokat = mati

Sedokur = saudara

Bo’il = mobil

Bokap = bapak

Nyokap = ibu

Doi = dia

Doski = dia

Cimeng = ganja

Bokis = bohong

Kece = cakep

Nyimeng = mengganja

Pembokat = pembantu

Sepokat = sepatu

Gokil = gila

Boke = miskin

Kere = miskin

Boker = buang air besar

Toket = payudara

Tokai = kotoran/tahi

Nih, yee = Nih

Bonek = bondo nekat atau suporter anarkis

Ajojing = dansa

Era 2000-an
Era Ngondek


Asal: Selamat datang di era transgender. Haha. Kenapa saya mengatakan demikian, karena bahasa gaul yang dipergunakan remaja saat itu lebih banyak mengadaptasi dari kosakata pegawai salon kecantikan yang berjenis kelamin lelaki namun bersifat keperempuan-perempuanan. ‘

Selain itu, beberapa kosakata diambil dari bahasa daerah seperti Jomblo dari bahasa Sunda, Semok dari bahasa Jawa. Koskata berbau dangdut pun merebak karena lirik lagu dangdut yang cenderung mengarah pada hal seksual seperti jablay (yang dalam bahasa Sunda berarti bondon atau PSK), yang malah diplesetkan menjadi jarang dibelay. Kreatif memang.

Pengaruh: Menjamurnya presenter atau pelawak yang memakai konsep ‘banci’ ini seperti Olga, Ruben, Ivan Gunawan, Dave Hendrik, belakangan Alan. Sampai sekarang, presenter-presenter kemayu itu masih menjadi ‘primadona’ bagi perkembangan industri hiburan Tanah Air.

Kosakata:

Heboh

Untuk menyebut suasana yang ramai.

Jomblo

Kata jomblo berasal dari bahasa Sunda untuk menyebut lajang atau seseorang yang nggak punya pacar. Jomblo pernah menjadi judul lagu band Gigi dan sebuah film berdasar novel yang disutradarai Hanung Bramantyo.Saat ini, jomblo tampak tidak populer dan berganti menjadi ’single’.

Lebay

Berasal dari kata berlebihan, untuk menyebut orang-orang yang berpenampilan kampungan atau bersikap berlebihan.

Capek, deh

Biasanya dikatakan sambil meletakkan ‘punggung’ telapak tangan ke kening. Kosakata ini tidak populer lagi kayaknya. Heu.

Jayus

Dari yang saya dengar, Jayus ternyata seorang penyiar yang mencoba melawak, tapi lawakannya tidak lucu. Ada pula yang mengatakan kalau Jayus sebenarnya seorang pelukis yang mencoba melawak namun lawakannya garing.

Garing

Garing berasal dari bahasa Sunda yang berarti kering. Ini digunakan anak muda saat itu untuk menyebut seseorang yang mencoba melawak tapi tidak lucu.

Gandeng

Gandeng juga berasal dari bahasa Sunda yang berarti berisik. Penggunaan beberapa kata dari bahasa Sunda menjadi populer karena Bandung dikenal sebagai Kota Pendidikan ketika begitu banyak universitas yang tentunya memiliki mahasiswa luar daerah. Mahasiswa luar daerah inilah yang kemudian akrab dengan beberapa kata Sunda dan ‘membawanya’ ke luar.

Rese

Atau ‘menyusahkan’ alias merepotkan.

Begitchu

Untuk menyebut ‘begitu’.

Meneketehe

Kita sering menerima lelucon pemplesetan kata. Meneketehe yang diucapkan bagaikan salah satu kata dari bahasa India itu adalah penggantu kata ‘mana aku tahu’, yang sempat populer digunakan dalam tayangan Extravaganza yang saat itu ngetop.

Ember

Atau ‘memang begitu’, lebih sering orang-orang menyebutnya dengan ‘M’ saja, yang berarti ‘memang’. Ternyata kata ini dipopulerkan pertama kali oleh Titi Dj, lho.

Yuuk ..

Suatu hari di kelas, dosen usai menerangkan lalu seseorang di belakang dan itu temen cowok saya bilang ‘yuu’. Ini sontak membuat saya dan yang lain terkekeh. Menurut saya bentuk ajakan ini paling mengena bin lucu. Yuuk atau Yiuuk, diucapkan dengan gaya imut dan feminin, yang berarti ‘hayu’ atau ’setuju’.

Bispak

Bispak atau ‘bisa pakai’ adalah sebutan untuk orang-orang yang bisa diajak one night stand atau cinta satu malam AKA orang-orang yang bisa diajak bobo bareng. Aww!

Akika

Adalah kata ganti untuk menyebut ‘aku’, ’saya’. Sebenarnya sudah populer di kalangan waria pada 90-an, namun ketika program TV berbau komedi memunculkan pelawak berkonsep waria, kata ini pun dipergunakan remaja.

Ngondek

Adalah sebutan untuk menyebut seorang lelaki yang kewanita-wanitaan atau kemayu.

Sutralah atau Sutra

Adalah sebutan untuk mengatakan ’sudahlah’ atau ’sudah’. Debby Sahertian menjadi pionir populernya kata-kata jenis ini sampai ia membuat kamus gaul sendiri.

Rempong

Berarti ‘rumpi’ atau untuk menyebut seseorang yang ‘rese’.

Lekong

Yang berarti laki-laki. Tidak hanya digunakan kalangan gay, tapi perempuan muda di masyarakat urban yang dekat dengan kehidupan malam.

Pewong/Perempewi

Untuk menyebut perempuan.

Sekong

Atau ’sakit’ . Untuk menyebut lelaki yang gay atau perempuan yang lesbian.

Semok

Diambil dari bahasa jawa yang berarti ‘montok’. Ini digunakan terutama kalangan remaja lelaki untuk menyebut perempuan seksi. ‘Baheno’ setara dengan ’semok’.

Jablay

Semakin populer sejak film Mendadak Dangdut dirilis pada 2006. Apalagi lagu soundtracknya yang populer dengan judul dan lirik menggelitik berjudul jablay yang berarti jarang dibelai. Jablay digunakan untuk orang yang genit atau ‘haus kasih sayang’

Gitu, lho!

Ini sering disisipkan pada kalimat semacam “iya gitu, lho” atau “nggak banget, gitu lho” Penggunaan kata ini semakin populer ketika penyiar radio ibu kota dan kota-kota besar menggunakan kata tersebut.

Secara

Secara sempat meledak di pertengahan era 2000-an untuk menyebut kata ‘adalah’. Padahal dalam arti sebenarnya, secara adalah ‘melalui’.

Bete

Bete diambil dari baad mood, atau boring total. Sampai sekarang kata ini masih dipakai remaja.

Cumi

Cumi populer setelah sebuah iklan kartu seluler mengiklantelevisikan. Adalah singkatan dari ‘cuma mikir’, cuma miskal;, dan bisa berarti apa saja selama sinkron dengan singkatan tersebut.

Moge

Atau motor gelo, populer ketika isu geng motor yang meresahkan warga menyeruak ke permukaan. Moge yang sebenarnya singkatan dari motor gede ini juga untuk menyebut pengemudi sepeda motor yang suka mengemusi sepeda motor berukuran besar.

Brondong

Atau berondong, adalah sebutan untuk daun muda laki-laki.

Bronis

Atau brondong manis, populer untuk menyebut anak muda laki-laki yang juga manis.

Cute

Cute atau lucu juga sering digunakan anak-anak remaja perempuan untuk mengomentari seseorang yang dianggapnya tampan atau cakep.

Era ini
Era Alay


Asal: Menjelang akhir 2009, masyarakat semakin melek teknologi. Ponsel sudah menjadi kebutuhan pokok, begitu pula internet. Di awal tahun 2010-an, interaksi sosial juga lebih sering digunakan anak muda. Facebook dan twitter adalah ‘barang’ wajib bagi mereka agar tidak dicap ketinggalan zaman. Jadi, karena hubungan sosial terjadi dalam ruang lingkup maya, ragam teks pun dibuat sampai akhirnya muncullah teks dan konsep bahasa alay (anak lebay), ketika kata-kata dicampur aduk antara angka dan huruf.

Sebenarnya itu bermula dari kegiatan SMS yang mengharuskan seseorang menyingkat demi keefisienan waktu. Belakangan dilakukan di media Fb atau twitter sebagai status. Biasanya pengguna teks alay ini adalah remaja perempuan atau bahkan anak-anak SD, atau remaja lelaki yang berjiwa feminin atau manja.

Pengaruh: facebook, twitter, tayangan musik televisi, blog.

Kosakata:

Unyu

Dulu semopat googling asal-usul kata ini. Katanya ada seseorang yang biasa menggunakan kata itu dalam twitter-nya sehingga populerlah sampai sekarang. Di luar benar tidaknya, tapi unyu juga berarti anjing dalam bahasa sansekerta. Paling tidak itu hasil googling-an. Yang jelas unyu ini untuk menyebut sesuatu yang lucu.

Galau

Secara imajiner, galau bisa diilustrasikan sebagai garis hitam putih yang melingkar. Itu seperti gambar kebingungan. Secara harfiah, galau berarti kekacauan pikiran atau pikiran yang tidak tentu arah. Galau digunakan anak remaja saat ini untuk menggambarkan keadaan dirinya yang gundah gulana karena patah hati diputus pacar atau kelamaan jomblo.

Kepo

Kepo juga baru saya dengar dari seorang teman dan ternyata memiliki arti ingin tahu. Ada-ada saja.

Gengges

Gengges berarti rumpi. Saya pertama kali mendengar kata ini di acara The Hits. Sebelumnya ada kata ‘rempong’ yang juga berarti rumpi atau untuk menyebut seseorang yang suka ingin tahu dan cerewet.

Tentu untuk urusan kata ganti, sebagian besar pemakai bahasa keseharian menggunakan kata ‘lu’ ‘gue’, yang berasal dari bahasa Betawi. Kata ganti ini populer karena pada 80-an, Indonesia sempat kejamuran film-film remaja yang bernuansa Jakarta. Alhasil, orang-orang daerah pun kemudian meniru kata ganti itu. Terlebih karena kota Jakarta menjadi salah satu kota dengan penduduk terpadat, ketika banyak pendatang mengadu nasib ke ibu kota Indonesia itu.

Yang jelas kosakata baru akan muncul dalam beberapa tahun ke depan, dan kosakata yang lama akan ditinggalkan. Ini terjadi karena ‘campur tangan’ media elektronik yang sudah sangat mudah didapatkan orang-orang daerah. Kemunculan bahasa gaul ini juga tidak perlu dirisaukan pemerhati bahasa. Penggunaan bahasa baku Indonesia saja masih banyak yang perlu dibenahi dan penyebarannya kepada masyarakat mengenai kekonsistenan bahasa Indonesia kurang terasa. Jadi, cukup hargai keberadaan bahasa gaul karena juga merupakan produk budaya.

Yang pasti saya hanya menggunakan beberapa kosakata itu dalam kehidupan keseharian bersama kawan secara kontekstual. Sebab, alangkah indahnya jika kita masih mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar di beberapa kesempatan. (eoc forum)

0 komentar:

Posting Komentar