Di blog ini kita akan mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk melakukan budidaya belut supaya mendapat hasil yang maksimal, walauppun isi blog ini tidak detail sepenuhnya namun point-point di bawah ini sangat menentukan hasil budidaya yang kita lakukan.
Lokasi dan Kondisi Lingkungan
Pembibitan belut dapat dilakukan di dataran dengan ketinggian 250¬700 mdpl. Namun, idealnya pembibitan belut dilakukan di lokasi dengan ketinggian 400 mdpl. Pasalnya, suhu sangat memengaruhi pertumbuh¬an belut. Pengaruh suhu yang terlalu dingin, berkisar 16-22°C, dapatmenghambat pertumbuhan belut. Suhu tersebut juga kurang cocok untuk pemijahan belut. Pertumbuhan belut pada suhu dingin menjadi lebih lambat dibandingkan dengan belut yang dibudidayakan pada suhu agak panas
Luas Lahan yang Digunakan
Luas lahan pembibitan yang digunakan bisa berukuran berapa saja, sesuai dengan kepemilikan atau luas lahan yang dimiliki. Bahkan, pembibitan belut juga bisa dilakukan di lahan berukuran 1 m2 untuk 1 kg indukan. Namun idealnya, kolam untuk pembibitan yang layak memiliki luas 3 x 3 meter (9 ml dengan kedalaman 1 meter dan padat terbar indukan sebanyak 9 kg.
Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang digunakan untuk pembudidayaan belut sebaiknya berupa tanah yang tidak labil agar setelah kolam selesai dibuat, tidak terjadi pergeseran atau perubahan kontur tanah. Pasalnya, pergeseran tanah dapat menyebabkan kolam menjadi retak atau longsor, bahkan rusak parah. Akibatnya, kolam tidak dapat digunakan.
Kondisis Air
Satu hal yang pasti, budi daya termasuk pembibitan belut, mutlak membutuhkan pasokan air bersih. Karena itu, pastikan lokasi budi daya berada di daerah yang tidak kesulitan air bersih, terutama ketika musim kemarau tiba. Pasokan air bersih penting untuk sirkulasi air dalam kolam, baik untuk pembibitan maupun pembesaran belut.
Syarat air yang dibutuhkan dalam budi daya belut harus bersih, kaya oksigen, dan tidak terlalu keruh. Selain itu, air yang bagus juga memiliki pH 6-7, yakni tidak asam atau basa. Dengan begitu, pertumbuhan belut dapat Iebih maksimal.
Kolam Jaring
Kolam jaring adalah kolam yang dibuat dengan cara menggali tanah dengan kedalaman tertentu, lalu melapisinya dengan jaring. Ukuran jaring dilebihkan sedikit dari ketinggian kolam agar jaring bisa diikatkan ke bambu yang dipasang di bagian atas kolam sebagai penahan jaring. Kolam jaring terbukti praktis, aman, dan lebih tahan lama dibandingkan dengan kolam tanah yang dibuat menggunakan lapisan terpal atau plastik.
Beberapa keunggulan lain dari kolam jaring sebagai berikut.
- Kolam jaring dapat digunakan sebagai kolam percobaan atau penelitian pembibitan belut karena luasannya dapat diatur dengan mudah.
- Adaptasi suhu menjadi lebih cepat karena kolam ini langsung bersentuhan dengan tanah.
- Daya tahannya yang bisa digunakan hingga tiga tahun.
- Biaya pembuatannya relatif murah.
- Suhu lebih stabil karena akan cepat menyatu dengan suhu tanah di lokasi kolam.
Berikut ini tahapan pembuatan kolam jaring untuk pembibitan.
- Gali tanah sesuai ukuran yang digunakan, misalnya 3 x 3 meter, dengan kedalaman 1 meter.
- Tancapkan tiang pancang dari batang bambu, kemudian buat kerangka mengelilingi kolam yang berguna untuk memasang dan menahan jaring agar tetap kokoh selama budi daya dilakukan.
- Pasang jaring di kolam. Bagian dasar jaring harus tepat menyentuh dasar kolam—tidak menggantung—agar jaring nantinya tidak menahan beban media pemelihar'aan yang dapat menyebabkan jaring jebol atau terlepas dari bambu penahan.
- Kaitkan jaring pada bambu, yakni dengan cara dipaku di beberapa bagian bambu dan diikat dengan tali kawat agar Lebih kuat.
Usahakan ketinggian jaring Iebih tinggi 20-30 cm dari ketinggian kolam.
Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan adalah kolam yang digunakan khusus untuk memijahkan atau mengawinkan belut. Kolam ini harus dibuat senyaman mungkin untuk kehidupan belutdan dijaga agar beluttidak kaburselama pemeliharaan dilakukan. Usahakan selama pemeliharaan berlangsung,) belut tidak kekurangan pakan alami—seperti cacing dan ikan kecil. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup belut.
Kolam pemijahan umumnya berisi indukan dengan kapasitas 1 kg (46 ekor) belut/m2. Indukan belut berada di kolam pemijahan ini selama 1,5 bulan, terhitung sejak indukan belut berhasil memijah hingga larva berumur 1-2 minggu. Kedalaman kolam pemijahan sekitar 1 meter. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, ukuran kolam pemijahan paling tidak sekitar 3 x 3 x 1 meter.
Kolam Pendederan
Kolam pendederan berfungsi untukmemindahkan larva hasil pemijahan dari kolam pemijahan ke tempat khusus. Pemindahan dilakukan sejak larva berumur dua minggu. Namun, dalam pemeliharaannya, kolam pendederan tersebut disekat dan digunakan untuk menampung benih belut hasil pemijahan yang sama. Tujuannya, agar tingkat kepadatan belut tidak terlalu padat. Dengan demikian, kolam pendederan membutuhkan dua tempat, yakni kolam pendederan I dan kolam pendederan II.
Sekadar informasi, untuk satu kolam pemijahan berukuran 3 x 3 x 1 meter membutuhkan dua kolam pendederan berukuran 2 x 2 x 1 meter dengan kepadatan 20-25 ribu ekor larva belut. Selama proses pemijahan hingga bibit belut slap dijual atau dibesarkan, dibutuhkan waktu sekitar empat bulan.
1. Untuk kolam berukuran 3 x 3 x 1 meter, sediakan 4 m3tanah, 25 kg kotoran ternak, dan dua batang pohon pepaya yang telah dicacah.,
2. Masukkan semua bahan tersebut ke dalam kolam, aduk rata dengan cara dicangkul, dan biarkan selama satu bulan sambil diairi layaknya pengairan sawah setinggi 2 cm.
3. Setelah itu, jika tanah dirasa belum halus, aduk kembali bahan tersebut, alirkan air layaknya perlakuan sebelumnya, lalu biarkan selama satu minggu hingga satu bulan.
4. Pegang tanahtersebutdengantangan,jika teksturnya telah berubah menjadi lebih halus—seperti tekstur tanah sawah—berarti tanah sudah bisa digunakan.
Jerami Padi
Jerami padi berfungsi untuk menghadirkan plankton dan cacing tanah. Jerami padi yang digunakan sebaiknya merupakan jerami yang sudah lapuk. Cirinya, ketika dipegang dengan tangan akan mudah rapuh atau hancur. Selain itu,dari fisiknya jugs terlihat berwarna cokelat. Hal ini perlu dipahami karena jerami yang belum lapuk jika dipaksakan digunakan sebagai campuran media pemeliharaan belut akan menimbulkan gas fermentasi yang dapat menyebabkan belut mati.
Gedebog Pisang.
Selain dapat menghadirkan pakan alami belut, gedebog pisang juga berfungsi untuk menstabilkan pH air. Selain gedebog pisang, bonggol pisang yang sudah lapuk juga bisa digunakan untuk campuran media pemeliharaan belut.
Kotoran Ternak (Pupuk Kandang)
Kotoran ternak yang sudah bisa dipakai untuk media pemeliharaan belut adalah kotoran ternak yang berasal dari sapi, kerbau, atau kambing yang sudah agak lama (tidak mengandung gas)—kira-kira yang sudah dibarkan sekitar 2-4 minggu. Kotoran ternak ini berfungsi untuk memperkaya kandungan nutrisi media pemeliharaan dan menjaga iliesuburan tanah.
Membuat Media Pemeliharaan
Untuk kolam berukuran 3 x 3 x 1 meter dibutuhkan bahan campuri yang terdiri atas tanah sebanyak 4 m3, kotoran ternak sapi atau kerbi sebanyak 4 karung (ukuran 25 kg), gedebog pisang lapuk sebany 3 karung, dan jerami lapuk 2 karung. Untuk ukuran kolam yang leb luas, perbandingan antara kotoran ternak, gedebog pisang, dan jerar adalah 3 : 2 : 1 yang dikalikan dengan luasan kolam.
Proses Pematangan Media
Setelah bahan-bahan media disiapkan, langkah selanjutnya adalah mencampurkan semua bahan tersebut. Berikut cara perlakuan dan aplikasinya.
- Potong kecil-kecil jerami, lalu campurkan dengan pupuk kandang, dan batang pisang yang telah dicacah.
- Aduk rata semua bahan tersebut untuk mempercepat dan mempermudah proses fermentasi.
- Hamparkan campuran bahan tersebut setinggi 10 cm di atas permukaan semen atau di tanah yang dilapisi dengan plastik atau terpal.
- Semprotkan campuran biokomposer sebanyak 5 liter di atasnya hingga merata.
- Hamparkan lagi bahan media di atasnya dan ulangi cara tersebut hingga ketinggian lapisan media mencapai 50 cm.
- Tutup campuran media dengan karung goni, lalu biarkan selama tujuh hari.Setelah itu, buka karung goni lalu balikkan media tiga kali dalam seminggu sambil diangin-anginkan agar gas sisa fermentasi dapat keluar. Selanjutnya, media siap dicampurkan dengan tanah.
Indukan Betina
Bagian bawah perutnya membuncit dan transparan. Bagian dalamnya terlihat jajaran bakal telur berwarna kekuningan. Selain itu, bagian kelaminnya—areal dekat dubur—memerah dan membengkak. Belut dengan ciri seperti ini siap dijadikan indukan dan dipijahkan. Satu kilogram indukan sebanyak 46 ekor. Satu indukan dengan bobot seperti ini berisi telur 150 butir per indukan. Pada pembibitan belut, perbandingan jumlah betina dan pejantan yang dimasukkan ke dalam kolam pembibitan adalah 2 : 1.
Indukan Jantan
Berbeda dengan indukan betina, bagian bawah perut pejantan rata dan bagian dalamnya tidak terdapat jajaran telur berwarna kekuningan. Selain itu, bagian kelaminnya—dekat dubur—tidak memerah dan membengkak. Ukuran panjang dan diameter tubuh antara indukan betina dan jantan yang akan dipijahkan sebaiknya tidak terlalu jauh berbeda (seragam).
Perawatan Selama Pemijahan
a. Pemberian Pakan
Selama pembibitan, pakan diberikan 5% dari bobot tubuh keseluruhan indukan. Selain ikan kecil yang selalu berada di dalam kolam, indukan dapat diberikan pakan berupa cacing tanah hidup. Selama budi daya berlangsung, pastikan keberadaan ikan kecil di dalam kolam selalu tersedia agar belut tidak kekurangan pakan dan berpotensi memangsa atau melukai sesamanya. Selain itu, jenis pakan alami lain yang bisa diberikan adalah keong.
b. Pengaturan Air
Selain pemberian pakan, pada kolam pembibitan atau pemijahan juga dilakukan pengaturan air masuk dan keluar. Harus diperhatikan bahwa ketinggian air tidak boleh melebihi tinggi pematang agar sarang belut tidak terendam. Hal ini terutama terjadi pada musim hujan ketika debit air yang masuk meningkat. Ketinggian air pada kolam pennijahan belut berkisar 1-2 cm.
Selama pembibitan, pakan diberikan 5% dari bobot tubuh keseluruhan indukan. Selain ikan kecil yang selalu berada di dalam kolam, indukan dapat diberikan pakan berupa cacing tanah hidup. Selama budi daya berlangsung, pastikan keberadaan ikan kecil di dalam kolam selalu tersedia agar belut tidak kekurangan pakan dan berpotensi memangsa atau melukai sesamanya. Selain itu, jenis pakan alami lain yang bisa diberikan adalah keong.
b. Pengaturan Air
Selain pemberian pakan, pada kolam pembibitan atau pemijahan juga dilakukan pengaturan air masuk dan keluar. Harus diperhatikan bahwa ketinggian air tidak boleh melebihi tinggi pematang agar sarang belut tidak terendam. Hal ini terutama terjadi pada musim hujan ketika debit air yang masuk meningkat. Ketinggian air pada kolam pennijahan belut berkisar 1-2 cm.
Penyakit dan Penaggulangannya
a. Protozoa
Protozoa merupakan hewan penyebab penyakit bercak putih atau white spot pada belut. Jenis yang biasa menyerang belut adalah lchtyopthiris multifilis. Protozoa jenis ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap suhu, sehingga penyakit ini dapat berkembang di daerah beriklim dingin hingga perairan tropis. Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan memberikan senyawa kimia, seperti Malachite Green.
Protozoa merupakan hewan penyebab penyakit bercak putih atau white spot pada belut. Jenis yang biasa menyerang belut adalah lchtyopthiris multifilis. Protozoa jenis ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap suhu, sehingga penyakit ini dapat berkembang di daerah beriklim dingin hingga perairan tropis. Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan memberikan senyawa kimia, seperti Malachite Green.
Pemberian Malachite Green dilakukan dengan dosis 1 gram/10 luas kolam dan diulang setiap dua hari sekali hingga bintik pi menghilang sepenuhnya. Sementara itu, pencegahannya dilaku dengan cara mengkarantina indukan sebelum dimasukkan ke da kolam pemijahan, terutama indukan atau bibit yang didapatkan tempat lain.
b. Bakteri
Bakteri yang menyerang belut berasal dari jenis Aeromonas Pseudomonas. Belut yang terserang bakteri ini jika sudah menyer, akan sulit diobati. Gejala fisik serangan bakteri berupa bercak mera' permukaan tubuh belut yang disertai sekresi lendir secara berlebi dan terjadinya perdarahan.
Penyakit ini muncul jika penanganan dalam pemeliharaan belut ti dilakukan secara tepat. Contohnya, ketika kepadatan dalam ko tinggi, tetapi pH air rendah. Selain itu, penggunaan eceng gondok y terlalu banyak di dalam kolam juga sebaiknya dihindari karena bal gemar berkembang biak di sela-sela akar eceng gondok.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan selalu mengontrol pl¬dan menghindari kepadatan belut yang berlebih. Jika perlu, tabur garam ke dalam kolam dengan dosis satu sendok makan garam ur luasan kolam 2 m2.
c. Jamur
Jamur biasanya menyerang jika ada bagian tubuh belut yang terl Jamur juga suka menyerang telur belut, sehingga mengakiba embrio mati dan telur tidak dapat menetas. Jamur yang menye belut dan telurnya umumnya berasal dari jenis Saprolegnia dan Ac Jamur ini dapat hidup pada suhu 0-35° C. Pertumbuhan opt terjadi pada suhu 15--30° C. Serangan jamur berkaitan dengan ku, air yang buruk akibat kurangnya sirkulasi air dan oksigen, serta I amoniak dan bahan organik yang terlalu tinggi.
Serangan jamur ini dapat diatasi dengan pemberian kalium permanganat (PK), Malachite Green, dan garam dapur. Pemberian PK dilakukan dengan dosis 1 gram/100 liter air. Pengobatan dilakukan empat kali berturut¬turut dalam waktu empat hari dengan pemberian PK pada pagi hari. Malachite Green dapat diberikan dengan dosis 1 g/450 ml air.
(Sumber Buku : Sukses Membibitkan Belut di Lahan Sempit, Penulis : Iwan Hermawan & Wawan setiawan, SP)
0 komentar:
Posting Komentar