Rabu, 19 Maret 2014

Budidaya Ikan Tambakan

Ikan tambakan


Meningkatnya harga pakan dan menurunnya harga jual ikan budidaya sangat berpengaruh pada pola budidaya ikan dimasyarakat, banyak unit pembenihan ikan skala kecil yang gulung tikar karena hal tersebut. Masyarakat pembenih ikan mulai memelihara ikan yang tidak 100% bergantung pada pakan komersial (pabrikan). Salah satu ikan yang mulai dibudidayakan oleh petani adalah ikan tambakan. Selama ini keperluan benih ikan tambakan masih didapatkan dari tangkapan dialam. Benih ikan tambakan sangat mudah didapatkan di perairan umum saat awal awal musim penghujan. Belum ada unit pembenihan rakyat yang membenihkan ikan tambakan secara khusus. Kendala yang dihadapi adalah tingkat kelangsungan hidup benih masih rendah pada pendederan benih dikolam.
Pemeliharaan Induk.
Induk ikan tambakan yang digunakan minimal memiliki kisaran bobot 200-300 gram per ekor. Induk yang dipelihara pada kolam tanah dengan luas 225 m2 dapat menampung sebanyak 500 ekor, Pakan yang diberikan pada Induk ikan tambakan berupa pakan komersil dengan kadara protein 28-32%. Dengan frekwensi pemberian pakan 2 kali sehari sebanyak 2% dari total berat bimass induk ikan tambakan.
Pemijahan Induk.
Kegiatan pemijahan induk tambakan dilakukan secara alami pada wadah terkontrol, dengan perbandingan jantan : betina adalah 2:1. Sebelum induk dipijahkan maka dilakukan seleksi induk yang siap memijah. Induk jantan yang siap memijah ditandai dengan kelurnya cairan sperma bila diurut bagian ujung alat genitalnya. Selain itu dipilih induk jantan yang tidak sakit dan cacat. Sedangkan induk betina yang siap memijah ditandai dengan ciri-ciri :  perutnya mengembang dan terasa lembut bila diraba. Badannya lebih lebar dibandingkan dengan induk jantan.
   Setelah induk diseleksi maka induk jantan dan betina dipijahkan dalam satu wadah pemijahan. Wadah yang digunakan berupa bak fiber dengan ukuran 1x1x0,5 m, tiap wadah pemijahan di isi 5 pasang induk tambakan. Untuk suplai oksigen maka pada wadah pemijahan dilengkapi dengan aerasi. Untuk menjaga ketenangan induk selama proses pemjahan maka wadah tersebut ditutup dengan plastik hitam. Diatas wadah pemijahan selain ditutup dengan plastik hitam, juga di tutup dengan triplek atau papan untuk menjaga agar induk tidak melompat.
Induk dipijahkan pada waktu sore hari. Proses pemijahan berlangsung pada malam hari, apabila induk telah memijah akan ditandai dengan bau amis pada wadah pemijahan dan adanya minyak pada permukaan air. Apabila dalam 24 jam induk belum memijah maka tunggu hingga 48 jam. Hingga 48 jam induk belum memijah maka angkat induk dan ganti dengan induk yang lain.
Penetasan Telur.
Telur – telur yang sudah dibuahi akan menetas kurang dari 24 jam. Telur yang terbuahi berwarna kuning dan terapung dipermukaan air dan bersifat planktonis yaitu akan bergerak mengikuti aliran air. Pada wadah pemijahan induk juga dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran yang terletak dibagian atas wadah. Setelah terlihat telur yang mengapung dipermukaan maka dialirkan air kedalam wadah. Telur akan terbawa keluar secara otomatis mengikuti aliran air kemudian telur yang keluar dari wadah pemijahan ditampung pada wadah penetasan telur. Telur-telur yang tertampung dalam wadah penetasan dihitung dengan cara sampling volumetrik, tujuan dari penghitungan telur adalah untuk mengetahui mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh induk yang memijah dan untuk data dalam menghitung derajat penetasan.
Telur ikan tambakan akan menetas antara 18-22 jam setelah pembuahan. Telur yang menetas akan terapung dipermukaan air dan warna larva yang menetas adalah kehitaman. Larva tambakan yang menetas kemudian dihitung dengan cara sampling, sehingga dapat diketahui persentase derajat penetasan larva. Selama proses penetasan berlangsung yaitu dari mulai pemijahan hingga penetasan telur diusahakan seminimal mungkin telur mengalami kontak langsung dengan tangan maupun benda luar lainnya seperti serok, gayung ataupun sendok. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya tetas telur.
Pemeliharaan Larva.
Larva ikan tambakan setelah menetas dipelihara diakuarium selama 5-7 hari. Selama dipelihara diakuarium larva tambakan diberi makan kuning telur ayam. Larva diberi makan setelah kuning telurnya habis, yakni pada hari kedua setelah menetas. Frekwensi pemberianmakan sebanyak 3 kali sehari, banyaknya kuning telur ayam yang diberikan adalah 1 butir telur untuk 100.000 larva. Selama diakuarium penyiponan dilakukan setiap hari dan pergantian air dilakukan setiap 2 hari sekali.
Setelah 5-7 hari dipelihara di akuarium maka larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva. Sebelumnya kolam pemeliharaan larva diolah terlebih dahulu, kolam diolah setelah diketahui terjadi proses pemijahan pada induk ikan tambakan. Pengolahan kolam dilakukan dengan cara pengeringan kolam kemudian di tebar kapur tohor sebanyak 250 gr/m2dan pemberian pupuk organik sebanyak 500 gr/m2. Pada kolam pemeliharaan larva diberi substrat berupa hapa dan pancang kayu untuk tempat berkembangnya perifiton yang nantinya diharapkan bisa menjadi makanan bagi larva tambakan. Selain itu pada kolam saat pengisian air juga diberi probiotik sebanyak 1 liter/250 m2. Larva dipelihara dikolam ini selama 30 hari, diharapkan ukurannya sudah mencapai 2-3 cm.
Setelah 7 hari dari pengolahan kolam diharapkan sudah mulai tumbuh planktonnya, baik phytoplankton maupun zooplankton. Diharapkan saat larva ditebar dikolam pemeliharaan ini sudah bisa memakan pakan alami ( plankton ) yang ada dikolam. Larva mulai diberi makan tambahan setelah 3 hari ditebar dikolam. Pakan yang diberikan adalah pakan benih dalam bentuk tepung dengan kadar protein 32 %, pakan diberikan secara adlibitum dengan patokan 10% dari total biomass dan diberikan sebanyak 3 kali sehari.

0 komentar:

Posting Komentar