Senin, 17 Maret 2014

Pemanfaatan cucut Tokek

Pemanfaatan oleh manusia


Lamban dan jinak, cucut kembang tidak berbahaya dan mudah didekati oleh penyelam. Walaupun demikian, hiu ini mau menggigit apabila ekornya ditarik atau tubuhnya ditunggangi. Hanya ada satu catatan serangan tanpa diprovokasi, pada tahun 2008.
Cucut kembang merupakan atraksi yang menarik untuk ekoturisme bawah laut di pelbagai lokasi di wilayah sebarannya: di Laut Merah, di Maladewa, di Thailand, di Great Barrier Reef, dan lain-lain. Banyak cucut tokek yang menjadi terbiasa dengan manusia, khususnya di lokasi wisata selam, mau menerima makanan dari tangan penyelam, dan membiarkan dirinya disentuh. Cucut ini mampu beradaptasi dengan baik dengan penangkaran, dan beberapa akuarium di dunia mempertontonkan hiu ini. Anak cucut, dengan warnanya yang atraktif, juga ditangkap dan diperdagangkan sebagai pengisi akuarium pribadi; meskipun jenis ini kelak akan tumbuh melampaui ukuran yang layak bagi akuarium rumahan.
Cucut tokek merupakan ikan tangkapan nelayan di kebanyakan tempat di wilayah sebarannya. Ikan ini ditangkap menggunakan pukat dasar, jaring insang, atau pancing. Dagingnya dijual dalam keadaan segar atau diasinkan untuk konsumsi. Minyak dari hatinya dimanfaatkan sebagai vitamin, siripnya dijual untuk bahan sup, dan jeroannya untuk campuran pakan ternak.
Hiu ini amat rawan menghadapi penurunan populasinya secara lokal, karena habitatnya yang dangkal dan rendahnya interaksi antar populasi; kajian pasar memperlihatkan bahwa cucut ini jauh berkurang tangkapannya dibandingkan dulu. Cucut tokek juga terancam karena rusaknya terumbu-terumbu karang akibat pembangunan, dan penangkapan ikan karang dengan cara yang merusak seperti pengeboman dan peracunan. Oleh sebab itu, badan konservasi dunia IUCN menetapkan bahwa populasi ikan ini berstatus Rentan (Vulnerable); kecuali untuk populasinya di Australia yang relatif aman.

 

0 komentar:

Posting Komentar